Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Pendidikan Anak No 113: METODE PEMBELAJARAN ANAK DI RUMAH Bagian 7
Senin, 17 Oktober 2022

Dengan mengetahui metode pembelajaran yang baik, diharapkan proses pendidikan berlangsung setiap waktu, tanpa anak merasa terus digurui dan orang tua tidak merasa terbebani. Di antara metode tersebut:

Keenam: Memanfaatkan Waktu Luang

Jika kita lihat anak-anak muda di zaman sekarang, banyak hal aneh yang mereka lakukan. Misalnya saja sekelompok anak punk, memakai cincin di hidung, lidah dan pusar, mewarnai dan mengolah rambut dengan bentuk yang sangat aneh. Melakukan aksi kebut-kebutan di jalan dengan berbonceng empat. Atau melakukan berbagai kegiatan aneh lainnya, yang intinya adalah mencari perhatian dan mengisi waktu sebagai dorongan hasrat jiwa muda mereka.

Salah satu penyebab kerusakan pemuda adalah kekosongan waktu alias tidak memiliki kegiatan yang bernilai positif. Ditambah lagi masa-masa muda adalah masa mencari jati diri, masa membuktikan eksistensi, masa mencari perhatian dan masa penuh semangat dan bergairah. Akan tetapi di balik semangat ini, perlu kontrol dan perlu pembinaan agar tidak berlebihan dan keluar dari bimbingan agama.

Ketika anak mengalami kekosongan waktu (kosong dari kegiatan positif), maka mereka mulai mencari-cari kegiatan atau mengisinya dengan kegiatan yang paling minimal sia-sia dan kurang bermanfaat. Seperti nongkrong-nongkrong tidak jelas. Belum lagi sebagian mereka merasa kurang perhatian, baik dari keluarga dan temannya. Maka ia akan melakukan hal-hal yang aneh, ajaib bahkan vulgar; agar tetap eksis. Misalnya balap-balapan di jalan raya, membuat kerusuhan di sekolah bersama gengnya, bahkan membuat video tidak layak dengan geng atau pasangan tidak halalnya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”.

Inilah kaidah kehidupan. Bahwa jika kita tidak mengisi kehidupan ini dengan kegiatan positif, maka bisa dipastikan kita akan mengisinya dengan kegiatan yang negatif atau minimal sia-sia dan kurang bermanfaat. Apalagi bagi anak muda yang jiwanya masih bergelora.

Kegiatan Positif untuk Anak

Setelah jam pelajaran sekolah berakhir, anak-anak sekolah dipersilahkan meninggalkan sekolah untuk kembali kepada orangtua atau walinya dengan membawa setumpuk tugas dari sekolah. Anak-anak pun dituntut untuk bisa mengatur sedemikian rupa waktu luangnya; agar menjadi manusia mandiri yang siap terjun ke masyarakat.

Setelah anak mengambil istirahat yang cukup, seyogyanya diprioritaskan untuk mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) yang diberikan oleh bapak-ibu guru.

Nah, bila masih tersisa waktu kosong, maka banyak sekali kegiatan positif yang bisa diberikan pada anak. Secara umum kegiatan itu bisa dibagi menjadi dua: ukhrawi dan duniawi.

Kegiatan ukhrawi contohnya adalah: membaca al-Qur’an dan menghapalkannya, membaca buku-buku agama, menghadiri pengajian, membantu orang tua, bersilaturahim dan lain-lain.

Kegiatan duniawi yang positif antara lain: berolahraga seperti memanah, berenang (dengan catatan memilih tempat yang tidak bercampurbaur antara putra dengan putri), bersepeda dan yang semisal.

Juga bisa menyalurkan hobi baik yang bahkan bernilai ekonomis. Seperti beternak, berkebun, memelihara ikan dan semisalnya.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 28 Sya’ban 1439 / 14 Mei 2018


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-113-metode-pembelajaran-anak-di-rumah-bagian-7/